Indonesia memiliki berbagai macam kebudayaan, suku, ras, maupun agama. Bukan hanya berbeda agama, tapi dalam agama itu sendiri terdapat berbagai golongan. Yah.... seperti yang kita ketahui banyak ormas-ormas islam contohnya NU, Muhammadiyah, PERSIS, dll. Tapi salutnya, dengan berbagai macam banyaknya, sampai sekarang rakyat Indonesia masih saling menghormati satu sama lain. Dan itu tentu saja nggak mudah lo....
Nggak hanya sampai disitu, penentuan awal bulan Ramadhan taun ini juga terdapat perbedaan. Muhammadiyah yang memutuskan untuk berpuasa lebih dahulu pada hari jum`at (20/7), sedangkan NU atau Nadlatul Ulama memutuskan berpuasa pada hari sabtu (21/7). Biasanya dari pihak pemerintah sendiri khususnya dari kementrian agama menggelar sidang isbat yang bertujuan untuk memusyawarahkan berbagai pendapat diantar ormas-ormas islam tersebut agar nantinya mencapai satu kesepakatan. Walaupun, pada kenyataannya itu masih belum bisa terlaksana. Karena mereka masih mengawali Ramadhan menurut keyakinan atau cara mereka masing-masing.
Perbedaan ini semakin terasa, ketika saya sendiri di dalam keluarga terdapat berbagai macam aliran. Ayah saya berasal dari keluarga yang kental sekali dengan NU, sedangkan mama saya yang asalnya lebih dominan ke Muhammadiyah. Dan saya sendiri yang notabenya bersekolah di Muhammadiyah. Biasanya pada awal puasa atau hari raya, kami lebih mengikuti putusan pemerintah. Karena dirasa itu lebih umum, dan tidak memihak golongan manapun.
Banyak sekali perbedaan diantara NU dan Muhammadiyah menurut saya. NU yang saya rasa paham keagamaannya lebih memilih jalan tengah, antara agama, kebudayaan, dan sosial. Banyak acara "selametan" atau "tahlilan" yang mungkin masih dipengaruhi unsur-unsur agama hindu yang pernah berkembang pesat di Indonesia dulu. Sedangkan Muhammadiyah yang lebih condong untuk memurnikan ajaran islam, sehingga tidak bercampur dengan adat istiadat daerah tertentu. Dan tentunya nggak ada "selametan" ataupun "tahlilan" sodara-sodara.
Saya teringat setiap kali mau sholat tarawih, kami sekeluarga pasti nggak bareng-bareng. Ayah saya biasanya pergi ke masjid yang sholat tarawihnya 23 rakaat. Sedangkan mama saya ke musholla deket rumah, yang kebetulan shalat tarawihnya 11 rakaat. Kalau saya sih kadang-kadang ikut yang 23 rakaat, tapi kalau lagi males ikut yg 11 rakaat, hehehe... :p
Belum lagi kalau sholat ied, kalau Muhammadiyah biasanya melaksanakan sholat ied di lapangan. Alasannya agar para wanita yg lagi palang merah indonesia dan anak-anak kecil bisa ikut. Tapi kalau NU, biasanya di ya masjid. Setiap kali lebaran kami sekeluarga sholat ied di masjid, entah karena malas ke lapangan atau kemauan ayah saya. Yang jelas, setiap mau sholat ied, mama saya ngomel-ngomel. Kenapa nggak sholat ied di lapangan aja. Maklum waktu di Bangil dulu, biasanya kebanyakan warganya golongan Muhammadiyah jadi sholatnya ya di alun-alun kota atau lapangan.
Tapi diantara semua itu, menurut saya perbedaan adalah sesuatu yang indah. Karena dengan perbedaan kita dapat belajar untuk menghargai orang lain. Bukankah Allah juga menciptakan fisik hambanya berbeda satu sama lain, ada yang berkulit putih, sawo matang, atau hitam. Ada yang matanya sipit atau lebar. Tapi manusia diberi hati dan fikiran agar dapat menghargai itu semua. Karena yang berbeda di mata Allah hanyalah kualitas iman seseorang. Happy fasting guys.... ^_^
Komentar
Posting Komentar